Friday, 16 August 2013

Cara Mengembangkan Anak Cerdas

Orangtua mana yang tidak ingin anaknya menjadi cerdas ?, namun untuk mencapainya bukan suatu hal yang sederhana. Kecerdasan bukan sesuatu yang diberikan sejak lahir melainkan hasil dari interaksi antara faktor pembawaan (bakat dan minat) dan faktor lingkungannya.
Dalam hal lingkungan, orangtua tidak bisa hanya diam diri. Orangtua memiliki peranan penting dalam memilih dan membatasi dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik dan cerdas.

Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan anak yang cerdas ?
Definisi anak yang cerdas adalah anak yang mampu menggunakan seluruh kapasitasnya untuk belajar dan memecahkan permasalahannya. Sehingga dari definisi tersebut dapat diperhatikan bahwa anak cerdas bukan hanya diwakili oleh prestasi akademis saja tetapi lebih luas (beyond) daripada itu.
Setiap pribadi anak-anak memiliki kecerdasan yang berbeda dalam kapasitasnya untuk belajar. Ada seorang anak yang sejak kecil sudah terlihat memiliki ketertarikan belajar matematika ataupun bahasa. Ada pula yang terampil dalam bersosialisasi, musik, ataupun menari. Disinilah peranan orangtua dan masyarakat (lingkungan) mempengaruhi optimal atau tidaknya perkembangan dari kecerdasan anak tersebut. Lingkungan yang diperlukan adalah lingkungan yang dapat memberikan fasilitas serta rangsangan bagi anak sesuai dengan usianya.

Kapan, bagaimana caranya, dan apa yang perlu diperhatikan ?
Perlu diketahui, bahwa pada saat janin usia 25 minggu (dalam rahim) telah dapat berinteraksi, yaitu terjadi perubahan denyut jantung dan gerakan kepala ketika janin menerima rangsangan berupa suara. Dan pada usia 32-33 minggu janin sudah mampu membedakan antara suara yang biasa dia dengar dengan suara yang asing. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Lafuente dalam buku Bee and Boyd (2007) menunjukkan, apabila janin mulai berusia 6 bulan menerima rangsangan musik dalam kurun waktu tertentu, keterampilan motorik dan kognitifnya akan lebih baik dibandingkan dengan janin lain yang tidak menerima rangsangan musik. Sekalipun masih sulit untuk dibuktikan apakah keterampilan yang diperoleh seorang anak setelah lahir karena rangsangan musik, para ahli meyakini bahwa tidak ada salahnya memberikan stimulasi musik pada janin dengan cara yang tepat.

Pemberian rangsangan harus dilakukan secara bijaksana. Janganlah orangtua terlalu bersemangat memberikan stimulasi hingga melupakan kebutuhan janin untuk beristirahat. Tenangkan janin dengan usapan halus di perut saat ia bergerak-gerak. Dan yang tak kalah penting adalah perawatan kehamilan, memperhatikan asupan gizi serta hidup sehat secara lahir dan batin.

Setelah anak lahir, rangsangan secara variatif perlu terus diberikan. Sesuaikan dengan usia anak agar dapat mengoptimalkan berbagai aspek perkembangan, yakni fisik, kognitif, dan psikososialnya.
Melalui beberapa aktivitas dan dengan memperhatikan beberapa rambu yang diperlukan, orangtua dapat merangsang anaknya untuk belajar dan mengembangkan berbagai aspek kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Mulai dari pembelajaran bahasa, berhitung (matematika), rancang bangun, menggambar, gerakan tubuh, musik, dan pengenalan pengetahuan mengenai alam sekitar.

Tujuan stimulasi tersebut adalah mempersiapkan anak agar dia dapat mengoptimalkan semua potensi yang ada dalam dirinya. Perlu diingat, jangan sampai orangtua melakukan kegiatan ini hanya untuk tujuan memiliki anak yang cerdas. Lakukan semua ini dengan tulus dan penuh kesabaran. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing aspek kecerdasan. Namun tidak berarti bila anak memiliki kekurangan kemudian dibiarkan begitu saja, tetap beri rangsangan dengan baik. Perlakuan tersebut merupakan modal utama dalam pembinaan rasa percaya diri dan percaya pada orangtuanya. Dengan demikian anak akan memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya berharga di pandangan orangtua sehingga dia tetap merasa bahagia.

“Bukankah kebahagiaan batin merupakan sumber semangat seseorang?”

No comments:

Post a Comment