Orangtua mana yang tidak ingin anaknya menjadi cerdas ?,
namun untuk mencapainya bukan suatu hal yang sederhana. Kecerdasan bukan
sesuatu yang diberikan sejak lahir melainkan hasil dari interaksi antara faktor
pembawaan (bakat dan minat) dan faktor lingkungannya.
Dalam hal lingkungan, orangtua tidak bisa hanya diam diri.
Orangtua memiliki peranan penting dalam memilih dan membatasi dalam mendidik
anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik dan cerdas.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan anak yang cerdas ?
Definisi anak yang cerdas adalah anak yang mampu menggunakan
seluruh kapasitasnya untuk belajar dan memecahkan permasalahannya. Sehingga
dari definisi tersebut dapat diperhatikan bahwa anak cerdas bukan hanya
diwakili oleh prestasi akademis saja tetapi lebih luas (beyond) daripada itu.
Setiap pribadi anak-anak memiliki kecerdasan yang berbeda
dalam kapasitasnya untuk belajar. Ada
seorang anak yang sejak kecil sudah terlihat memiliki ketertarikan belajar
matematika ataupun bahasa. Ada
pula yang terampil dalam bersosialisasi, musik, ataupun menari. Disinilah
peranan orangtua dan masyarakat (lingkungan) mempengaruhi optimal atau tidaknya
perkembangan dari kecerdasan anak tersebut. Lingkungan yang diperlukan adalah
lingkungan yang dapat memberikan fasilitas serta rangsangan bagi anak sesuai
dengan usianya.
Kapan, bagaimana caranya, dan apa yang perlu diperhatikan ?
Perlu diketahui, bahwa pada saat janin usia 25 minggu (dalam
rahim) telah dapat berinteraksi, yaitu terjadi perubahan denyut jantung dan
gerakan kepala ketika janin menerima rangsangan berupa suara. Dan pada usia
32-33 minggu janin sudah mampu membedakan antara suara yang biasa dia dengar
dengan suara yang asing. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Lafuente dalam buku
Bee and Boyd (2007) menunjukkan, apabila janin mulai berusia 6 bulan menerima
rangsangan musik dalam kurun waktu tertentu, keterampilan motorik dan
kognitifnya akan lebih baik dibandingkan dengan janin lain yang tidak menerima
rangsangan musik. Sekalipun masih sulit untuk dibuktikan apakah keterampilan
yang diperoleh seorang anak setelah lahir karena rangsangan musik, para ahli
meyakini bahwa tidak ada salahnya memberikan stimulasi musik pada janin dengan
cara yang tepat.
Pemberian rangsangan harus dilakukan secara bijaksana. Janganlah orangtua terlalu bersemangat memberikan stimulasi hingga melupakan kebutuhan janin untuk beristirahat. Tenangkan janin dengan usapan halus di perut saat ia bergerak-gerak. Dan yang tak kalah penting adalah perawatan kehamilan, memperhatikan asupan gizi serta hidup sehat secara lahir dan batin.
Setelah anak lahir, rangsangan secara variatif perlu terus diberikan. Sesuaikan dengan usia anak agar dapat mengoptimalkan berbagai aspek perkembangan, yakni fisik, kognitif, dan psikososialnya.
Melalui beberapa aktivitas dan dengan memperhatikan beberapa
rambu yang diperlukan, orangtua dapat merangsang anaknya untuk belajar dan
mengembangkan berbagai aspek kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Mulai
dari pembelajaran bahasa, berhitung (matematika), rancang bangun, menggambar,
gerakan tubuh, musik, dan pengenalan pengetahuan mengenai alam sekitar.
Tujuan stimulasi tersebut adalah mempersiapkan anak agar dia dapat mengoptimalkan semua potensi yang ada dalam dirinya. Perlu diingat, jangan sampai orangtua melakukan kegiatan ini hanya untuk tujuan memiliki anak yang cerdas. Lakukan semua ini dengan tulus dan penuh kesabaran. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing aspek kecerdasan. Namun tidak berarti bila anak memiliki kekurangan kemudian dibiarkan begitu saja, tetap beri rangsangan dengan baik. Perlakuan tersebut merupakan modal utama dalam pembinaan rasa percaya diri dan percaya pada orangtuanya. Dengan demikian anak akan memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya berharga di pandangan orangtua sehingga dia tetap merasa bahagia.
“Bukankah kebahagiaan batin merupakan sumber semangat seseorang?”
No comments:
Post a Comment